KELUARGA sebagai SAKSI KASIH ALLAH

Minggu, 11 September 2016

"Hendaknya Terangmu Bercahaya"
(Matius 5:16)


"... Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibuNya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia..." (Luk 2:40,51-52)


Tuhan Yesus memanggil kita untuk Bersaksi dan Mewartakan Sabda Allah. Kita dan keluarga kita dipanggil untuk menjadi pewarta Sabda Tuhan dan memberikan kesaksian tentang Sabda Tuhan itu dalam hidup harian.


Kata "saksi" dalam Kitab Suci amat berhubungan dengan pengadilan. Di Lembaga pengadilan orang memberikan kesaksian tentang apa yang dilihat dan diketahuinya secara pribadi. Tekanan yang paling utama dari kata "saksi" di sini adalah memberikan informasi yang benar dan apa adanya sebagaimana yang diihat atau dialaminya sendiri. Seorang saksi akan berupaya untuk mempertahankan apa yang benar tersebut.


Keluarga dipanggil untuk mewartakan dan bersaksi. Apa yang diwartakan oleh penginjil dan para rasul, kini sampai juga kepada kita. Pewartaan mereka sederhana saja. Mereka berfokus pada apa yang dibuat Yesus.


Keluarga-keluarga Kristiani diharapkan mampu mengambil peran ini, karena keluarga adalah Gereja mini (ecclesia domestica). Keluarga yang paling ideal menjadi model pewartaan dan kesaksian iman adalah keluarga kudus Nazaret: Yesus, Maria dan Yosef. Mereka taat pada kehendak Allah dalam suka maupun duka.*** Aloys Budi Purnomo Pr

No comments:

Post a Comment