HIDUP TIDAK TERGANTUNG PADA KEKAYAAN ( 6)


Luk 12 :15

Tuhan Yesus meyingkap hati manusia di balik suatu permohonan. Ia tahu apa yang melatar belakangi permohonan itu, yaitu ketamakan (rakus). Sehingga Ia dengan keras memperingatkan orang itu juga orang-orang yang hadir disana, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaannya itu.” Dalam perumpamaan-Nya, Tuhan Yesus mau menunjukkan orang yang hanya memikirkan hartanya adalah orang tamak, curiga terhadap orang lain.


Orang yang hanya memikirkan harta adalah orang yang mengasingkan dirinya dari pergaulan, yang hanya mendengar dirinya sendiri bahkan tidak mengindahkan suara Tuhan, yang memperbudak dirinya sendiri bahkan tidak sempat menjadi teman bagi dirinya sendiri. Akhirnya, orang yang hanya memikirkan harta dalam hidupnya akan mati tertimbun oleh hartanya sendiri sebelum sempat ia nikmati. Dengan perumpamaan itu Tuhan Yesus menuntun setapak demi setapak orang yang "salah alamat" yang datang kepada sang Guru minta dibela dalam perkara warisan. Ia tidak disuruh pergi begitu saja. Ia tidak pulang dengan tangan hampa.


Ia dibekali ajaran hidup. Bukan hanya orang itu sendiri, melainkan semua orang yang ikut datang mendengarkan ajaran ilmu untuk menjadi kaya di hadapan Allah. Ajakan agar orang tidak mengubur diri dengan harta. Perpecahan persahabatan dan kerontokan hidup keluarga sering berasal dari harta. Sebaliknya bila orang pandai-pandai membuat harta sebagai bagian kehidupan, dapat mengembangkan kemanusiaan dengannya, maka harta membuat orang lepas dari kecenderungan rakus. Malah bisa membuka jalan menjadi kaya di hadapan Allah. Kaya Dihadapan Allah.


Tuhan Yesus tidak pernah membenci atau melarang pengikut-pengikut-Nya menjadi orang kaya. Ia hanya tidak mau kekayaan itu sampai mencelakakan diri mereka. Orang kaya yang bodoh adalah orang kaya yang dibunuh kekayaannya. Orang kaya yang pintar adalah sebaliknya, kekayaannya itu justru semakin membuatnya ‘hidup’. Kita belajar hal penting di sini yakni bahwa Allah tidak membuat seseorang kaya hanya demi kepentingan orang itu sendiri. Kalau Allah memberkati jerih payah manusia sehingga manusia menjadi orang yang memiliki kelebihan dalam harta bendanya, itu tidak dimaksudkan untuk dimanfaatkan atau dipergunakan atau difungsikan semata-mata bagi diri orang itu sendiri melainkan juga bagi orang lain.


Di dalam pemberian-Nya ada pemberian bagi orang lain; di dalam berkat-Nya ada berkat bagi orang lain; di dalam kekayaan seseorang ada kekayaan orang lain. Manusia diperkaya untuk memperkaya orang lain. Singkatnya, Allah memberkati kita agar kita menjadi saluran berkat-Nya bagi orang lain. Hati orang yang kaya di hadapan Allah tidak terpaut pada harta bendanya, tetapi kepada sumber kekayaan itu sendiri, yaitu Allah. Maka dua hal sekaligus akan diperoleh oleh orang kaya seperti itu: pertama, pujian dari orang-orang di dunia ini dan pujian dari Allah. (PA1000)

No comments:

Post a Comment